Kopaja, buat yang nggak familiar, adalah singkatan dari Koperasi Angkutan Jakarta. Terus, kalo ada orang nyebut "kopaja" yang dimaksud ya salah satu angkutan umum di Jakarta berwujud mini bus dengan seat sekitar 26 kursi namun dapat menampung penumpang mungkin hingga 3x lipat dari jumlah kursinya. Ajaib kan? Biasa itu disini... hehehe.... Nih, gambarnya saya ambil dari google ya:
Pertama kali saya naik Kopaja itu... kapan ya.. udah lama banget waktu saya masih kecil. Karena dari kecil saya sering menghabiskan libur sekolah di Jakarta, nyusulin dua kakak saya yang memang sudah lama berdomisili (baca: kerja) di Jakarta. Namun, pas saya ikutan berdomisili (baca:kuliah) di Jakarta kira-kira tahun 2008, saya malah jarang naik angkutan umum karena pegang motor sendiri, jadi kemana-mana ya naik motor, nggak cuma dipegangi.
Motor saya bawa terus, waktu udah kerja pun (masih di Jakarta) saya masih bawa motor kemana-mana. Sampe akhirnya awal tahun 2013 kemarin saya terpaksa jual motor saya karena emang si Jenny (sebutan motor saya) udah tua. Tiap servis rutin nggak cuma bayar servis dan nggak cuma minyak oli yang minta ganti. Lama-lama minta ganti mesin juga ni motor, pikir saya. Daripada makin makan ati dan makan duit, mending buru-buru dijual aja sebelum makin parah tuanya. Hehe.. Lakulah Jenny dijual sama Papa saya di Solo. Harganya? Ada deeeeh..
Semenjak Jenny di jual, dan saya belum kuat beli motor baru, bahkan kredit aja belum kuat karena gaji belum turun sejak Oktober (curcol ini), jadinya saya lebih sering kemana-mana naik angkutan umum.
Saya sebenernya suka naik Bus Transjakarta (atau sebut saja baswe (busway maksudnya)) kemana-mana, tapi terkadang busway terasa lebih ribet karena transit-transitnya. Memang ada beberapa rute busway yang lebih ribet daripada bus/mini bus biasa. Disitulah datang kesempatan saya kembali menggunakan jasa Kopaja.
Singkat cerita, weekend kemarin saya berniat pulang ke Cilandak ke rumah kakak saya yang nomer satu. Semenjak kakak saya yang nomer dua pindah ke Magelang ya kakak saya di Jakarta tinggal yang nomer satu aja.
Berangkat dari kos di Benhil sekitar jam 13.30, naik angkot ke Pasar Benhil, nyebrang via jembatan busway, trus nungguin Kopaja 19 jurusan Tanahabang-Ragunan. Nggak lama nunggunya, dapet deh, berdiri sih, nggak apa-apa kupikir, deket ini. Harusnya, kalau naik jurusan ini, saya tinggal turun di perempatan deptan trus nyambung angkot 61, sampe depan gang rumah. Tapi itu cuma khayalan belaka ketika tiba-tiba sang Kopaja 19 nurunin semua penumpang di Blok M dan disuruh ngelanjutin perjalanan pake Kopaja 605a. Turun deh saya, nunggu lagi. Untung nggak lama-lama 605a-nya lewat, dan pas aja sebentar setelah saya berada di dalam Kopaja tiba2 langit gelap dan menangis bercucuran air hujan.
Sudahlah, saya putuskan untuk melupakan saja kekecewaan saya pada Kopaja 19 yang nggak bertanggungjawab. Bahkan sebenernya ini bukan kali pertama saya dikecewakan oleh Kopaja 19, dulu sudah pernah juga.
Singkat cerita, besoknya, hari Minggu sore saya berniat pulang ke kosan. Karena udah ngelupain kekecawaan yang kemarin, saya nungguin Kopaja 19 dong di perempatan ampera. Nungguin dari jam 17.30 sampe jam 18.00 belum ada juga 19 yang lewat. Kecewaaaa lagiiii lah.. hahaha... Saya putuskan untuk naik jurusan lain yang lebih ribet tapi jelas ada mobilnya daripada musti nggak jelas dan bosen nungguin Kopaja 19 yang PHP (Pemberi Harapan PALSU).
Sudah cukup. Saya pikir 3x sudah cukup dikecewakan Kopaja 19. Geleng-geleng deh kalo dipikirin. Gimana orang Jakarta nggak males naik angkutan umum kalau kenyataannya angkutan umumnya kayak begini... Sopir-sopir angkutan umum mengeluhkan penumpangnya yang beralih ke busway, ya kupikir itu slah mereka sendiri. Kalo aja mereka nurutin SOP, ngerawat armada, jamin keamanan, nggak rebutan penumpang dan nggak seenaknya nurunin penumpang, nggak akan tuh kehilangan penumpang.
Jadi inget, saya pernah turun dari kopaja 608 itu pas minta berhenti, dituruninnya di tengah jalan. Beneran ditengah, di marka tengah. Udah gila mungkin sopirnya.
Yah begitulah kekecewaan saya kepada Kopaja, agaknya udah cukup buat saya kapok dan jera naik Kopaja. Mending ribet-ribet naik busway lah daripada terlunta-lunta.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
3 replies:
May it be for personal or gift-giving purposes, buying a pearl
necklace is something not to be shrugged upon, considering that its popularity has paved the
way for pearl frauds and shenanigans to become widespread and
rampant. Because a pearl farmer wants to create the
highest quality of pearl every time, it can
be an exhausting and drawn out process, but if you are a pearl
aficionado you will certainly appreciate that it takes time produce excellence.
So now, you not only found a place to hang your necklaces, but you
also found a place to hang your earrings and bracelets.
My web site: Amritsarcityonline.com
If you want to save money and create a one-of-a-kind bassinet
that matches the nursery decor, making your own is the only way to
go. Go for baby bassinets that have an easy setup feature to avoid going through
the hassle of a difficult setup. Once you invest some time before you
shop, you will end up way more satisfied with
your bassinet.
Here is my page ... Kids bedding
Polymers in the cleaning product used in this process encapsulate or "crystalise" dirt
particles into dry residue after which will be removed at the end of the process.
The attachments and unique design of the Bissell let you keep your home
free of allergens and pet hair. Before you purchase, though, always make sure that these universal tools will work with the cleaner you have at home.
Here is my page - dyson animal
Post a Comment